· audit
chris davis 2011
Mengamankan Sistem Anda
Menggunakan Teknik Audit TI Terbaru Telah diperbarui sepenuhnya untuk mencakup
alat dan teknologi terdepan, Audit TI: Menggunakan Kontrol untuk Melindungi
Aset Informasi, Edisi Kedua, menjelaskan, selangkah demi selangkah, bagaimana
menerapkan audit TI perusahaan yang sukses dan sukses. program. Bab
baru dalam audit komputasi awan, operasi outsource, virtualisasi, dan
penyimpanan disertakan. Panduan
komprehensif ini menjelaskan bagaimana mengumpulkan tim audit TI yang efektif
dan memaksimalkan nilai fungsi audit TI. Rincian
mendalam tentang melakukan audit khusus disertai contoh dunia nyata, daftar
periksa siap pakai, dan template berharga. Standar,
kerangka kerja, peraturan, dan teknik manajemen risiko juga tercakup dalam
sumber daya definitif ini. Membangun
dan memelihara fungsi audit TI internal dengan efektivitas dan nilai maksimum
Kontrol tingkat entitas audit, pusat data, dan pemulihan bencana Periksa
switch, router, dan firewall Evaluasi sistem operasi Windows, UNIX, dan Linux
Audit server dan aplikasi Web Menganalisis basis data dan penyimpanan solusi
Menilai perangkat WLAN dan perangkat seluler Mengelola lingkungan virtual
Mengevaluasi risiko yang terkait dengan komputasi awan dan operasi yang
dioutsourcing Borkan ke aplikasi untuk menemukan kelemahan pengendalian
potensial Gunakan standar dan kerangka kerja, seperti COBIT, ITIL, dan ISO
Memahami peraturan, termasuk Sarbanes-Oxley, HIPAA, dan PCI Melaksanakan
praktik manajemen risiko terbukti.
· audit
mardhani riasetiawan 2016
IT Audit and Control menggambarkan sebuah proses
untuk meninjau dan memposisikan TI sebagai instrumen penting dalam mencapai
bisnis / bisnis perusahaan. TI
mengaudit dan mengendalikan proses yang sistematis, terencana, dan menggunakan
keahlian IT untuk mengetahui tingkat kepatuhan, kinerja, nilai, dan risiko
penerapan teknologi. Kemampuan
untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan dalam Audit dan pengendalian TI
serta menunjukkan tingkat profesional tertentu secara profesional, juga membuat
seseorang akan menganalisa, merancang, membangun, menyebarkan, memantau dan
pengembangan TIK yang berkelanjutan tidak hanya beroperasi tetapi juga
mengikuti aturan industri
dan standar internasional. Kursus
dimaksudkan sebagian untuk mendorong peserta mata pelajaran memandang TI
sebagai aset penting bagi organisasi dan perusahaan.
Kursus ini dirancang untuk menumbuhkan sikap kritis siswa dalam memahami permasalahan yang terkait dengan dampak teknologi informasi di bidang bisnis, sosial dan masyarakat. Memahami karakteristik dan lingkup audit & pengendalian TI. Memahami konsep, teknik dan alat dalam audit TI. Mampu menganalisis karakteristik, ruang lingkup dan teknik audit dibantu komputer termasuk memahami standar yang ada di industri dan institusi internasional. Mampu melakukan audit dengan bantuan komputer dan teknik komputasi tertentu f. Mampu dan memiliki pengetahuan dalam merancang, merancang, mengembangkan, menerapkan dan memantau serta terus berkembangnya ICT berorientasi jangka panjang.
Kursus ini dirancang untuk menumbuhkan sikap kritis siswa dalam memahami permasalahan yang terkait dengan dampak teknologi informasi di bidang bisnis, sosial dan masyarakat. Memahami karakteristik dan lingkup audit & pengendalian TI. Memahami konsep, teknik dan alat dalam audit TI. Mampu menganalisis karakteristik, ruang lingkup dan teknik audit dibantu komputer termasuk memahami standar yang ada di industri dan institusi internasional. Mampu melakukan audit dengan bantuan komputer dan teknik komputasi tertentu f. Mampu dan memiliki pengetahuan dalam merancang, merancang, mengembangkan, menerapkan dan memantau serta terus berkembangnya ICT berorientasi jangka panjang.
KONSEP AUDIT SISTEM INFORMASI
2.1.
Terminologi
Audit Sistem Informasi
Audit
Sistem Informasi adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti untuk
membuktikan dan menentukan apakah sistem aplikasi komputerisasi yang digunakan telah
menetapkan dan menerapkan sistem pengendalian intern yang memadai, apakah aset
organisasi sudah dilindungi dengan baik dan tidak disalah gunakan, apakah mampu menjaga integritas data, kehandalan
serta efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan sistem informasi berbasis
komputer.
Jenis-jenis
audit sistem informasi:
a) Audit laporan keuangan (financial
Statement Audit)
b) Audit Operasional (Operational
audit)
1) Audit terhadap aflikasi komputer
2) General audit
Yaitu evaluasi kinerja unit fungsional atau fungsi sistem
informasi apakah sudah dikelola dengan baik.
2.2.
Tujuan
Audit Sistem Informasi
Tujuan Audit Sistem Informasi
menurut Ron Weber yaitu:
a) Meningkatkan keamanan aset-aset perusahaan.
b) Meningkatkan data dan menjaga integritasi data.
c) Meningkatkan efektifitas sistem
d) Meningkatkan efisiensi sistem
e) Ekonomis
Dua aspek utama tujuan audit sistem
informasi yaitu:
a) Conformance (Kesesuaian)
Yaitu audit sistem informasi difokuskan untuk memperoleh
kesimpulan atas aspek kesesuaian seperti kerahasiaan, Integritas, Ketersediaan,
Kepatuhan.
b) Performance (Kinerja)
Yaitu audit sistem informasi difokuskan untuk memperoleh
kesimpulan atas aspek kenerja seperti Efektifitas, Efisiensi, Kehandalan.
Tujuan
audit sistem informasi secara teknis yaitu:
a) Evaluasi atas kesesuaian antara rencana strategis dengan
rencana tahunan organisasi,rencana tahunan dan rencana proyek.
b) Evaluasi atas kelayakan struktur organisasi yaitu termasuk
pemisahan fungsi dan kelayakan pelimpahan wewennang dan otoritas.
c) Evaluasi atas pengelolahan personil yaitu termasuk
perencanaan kebutuhan, rekrutmen dan seleksi, pelatihan dan pendidikan,
promosi,mutasi, serta terminasi personil.
d) Evaluasi atas pengembangan yaitu termasuk analisis
kebutuhan, perancangan, pengembangan, pengujian, implementasi, migrasi,
pelatihan dan dokumentasi, serta manajemen perubahan.
e) Evaluasi atas kegiatan operasional yaitu termasuk
pengelolaan keamanan dan kenerja pengelolaan pusat data, pengelolaan keamanan
dan kenerja jaringan data, pengelolaan masalah dan insiden serta dukungan
pengguna.
f)
Evaluasi atas kontinuitas layanan
yaitu termasuk pengelolaan backup dan recovery, pengelolaan prosedure darurat,
pengelolaan rencana pemulihan layanan, serta pengujian rencana kontijensi
operasional.
g) Evaluasi atas kualitas pengendalian aplikasi yaitu termasuk
pengendalian input, pengendalian proses dan pengendalian output.
h) Evaluasi atas kualitas data/informasi yaitu termasuk pengujian atas kelengkapan dan akurasi data
yang dimasukkan, diproses, dan dihasilkan oleh sistem informasi.
2.3.
Proses
Audit Sistem Informasi
Proses
Audit dalam konteks teknologi informasi adalah memeriksa apakah sistem informasi
berjalan semestinya. Tujuh langkah proses audit sistem informasi yaitu:
a) Implementasikan sebuah strategi audit berbasis manajemen
resiko serta control practice yang dapat disepakati oleh semua pihak
b) Tetapkan langkah-langkah audit yang rinci
c) Gunakan fakta atau bahan bukti yang cukup, handal, relevan,
serta bermanfaat
d) Buat laporan beserta kesimpulan berdasarkan fakta yang
dikumpulkan
e) Telaah apakah tujuan audit tercapai
f)
Sampaikan laporan kepada pihak yang
berkepentingan
g) Pastikan bahwa organisasi mengimplementasikan managemen
resiko serta control practice.
Perencanaan
sebelum menjalankan proses audit dengan metodologi audit yaitu:
a) Audit subject
b) Audit objective
c) Audit Scope
d) Preaudit planning
e) Audit procedures and Steps for data gathering
f)
Evaluasi hasil pengujian dan
pemeriksaan
g) Audit report preparation
Berikut struktur isi laporan audit secara umumnya(tidak
baku):
a) Pendahuluan
b) Kesimpulan umum auditor
c) Hasil audit
d) Rekomendasi
e) Exit interview
2.4.
Teknik
Audit Sistem Informasi
Teknik audit adalah cara-cara
yang ditempuh auditor untuk memperoleh pembuktian dalam membandingkan keadaan
yang sebenarnya dengan keadaan yang seharusnya.
Teknik audit erat hubungannya
dengan prosedur audit, dimana teknik-teknik audit digunakan
dalam suatu prosedur audit untuk
mencapai tujuan audit.
2.5.
standar
Audit Sistem Informasi
Standar
Audit Sistem Informasi (SASI) IASII diresmikan oleh Rapat Anggota IASII Tahun
2006 pada tanggal 25 Februari 2006 bertempat di Jakarta. SASI IASII
berlaku bagi seluruh Anggota IASII (sesuai AD/ART IASII) yang melaksanakan
kegiatan Audit Sistem Informasi. Standar ini mulai berlaku efektif sejak
tanggal 01 Januari 2007 dan dapat diterapkan sebelum tanggal tersebut. Adapun
beberapa aturan yang standarisasikan, antara lain: 1). Penugasan Audit,
mencakup: (a). Tanggung Jawab, (b). Wewenang dan (c). Akuntabilitas; 2).
Independensi & Obyektifitas; 3). Profesionalisme & Kompetensi; 4).
Perencanaan; 5).Pelaksanaan, yang mencakup: (a). Pengawasan, (b). Bukti-bukti Audit.
c). Kertas Kerja Audit, 6).Pelaporan, 7). Tindak Lanjut.
2.6.
kerangka
kerja Audit Sistem Informasi
Kerangka Kerja Audit Sistem
Informasi
Audit sistem informasi dapat
diuraikan dalam beberapa tahapan berdasarkan kerangka pikir manajemen,
teknologi informasi dan pertimbangan sistem ahli yang semuanya mengacu pada
kerangka kerja menghasilkan laporan audit sistem informasi.
2.7.
manajemen
resiko audit
FALSAFAH COSO
Makalah ini terfokus pada risiko
auditor internal dan eksternal umumnya, audit laporan keuangan (LK) khususnya,
dan lebih khususnya lagi pada risiko akuntan publik.
Bagi COSO, pengukuran-penetapan
risiko adalah kegiatan penting bagi manajemen dan auditor internal korporasi,
sehingga auditor internal harus paham proses dan sarana untuk identifikasi,
penilaian, pengukuran dan penetapan tingkat risiko (risk assessment)
sebagai dasar menyusun prosedur audit internal. COSO menyatakan bahwa setiap
entitas menghadapi risiko internal dari luar, bahwa risiko-risiko tersebut
harus didentifikasi dan dinilai-diukur terfokus pada pengamanan sasaran
strategis korporasi.
Perubahan
sosial-politik-ekonomi-industri-hukum dan perubahan kondisi operasional
perusahaan teraudit mengandung risiko, manajemen perusahaan harus membentuk
mekanisme untuk mengenali & menghadapi perubahan tersebut. Basis utama
manajemen risiko adalah asesmen risiko. Untuk keberlangsungan usaha, asesmen
risiko merupakan tanggungjawab manajemen yang bersifat integral dan terus
menerus, karena manajemen tak dapat memformulasikan sasaran dengan asumsi
sasaran akan tercapai tanpa risiko atau hambatan.
Contoh risiko, bahaya, ancaman, atau
hambatan mencapai sasaran korporasi adalah :
- Pesaing meluncurkan produk baru
- Perubahan teknologi menyebabkan jasa atau produk tidak laku
- Manajer andalan tiba-tiba mengundurkan diri sebagai karyawan
- Formula rahasia dicuri dan dijual oleh karyawan kepada pesaing
- KKN menggerus laba dan membuat perusahaan keropos
PENGGUNA HASIL PENILAIAN-PENETAPAN
RISIKO
Analisis risiko digunakan untuk mengurangi risiko, makin kecil risiko maka makin besar kemungkinan meraih sasaran korporasi. Berbagai yurisdiksi hukum meminta setiap bank melakukan penilaian-risiko dan mengumumkan kondisi pengendalian internal kepada publik, auditor eksternal diwajibkan membuat atestasi tentang pernyataan bank tersebut & kondisi pengendalian internal bank, untuk melindungi deposito publik. Otoritas Pasar Modal AS (SEC) meminta semua emiten membuat Laporan Penilaian Risiko sejak 1979 untuk melindungi kepentingan investor. SAS 55 AICPA menyatakan bahwa auditor eksternal bertanggungjawab untuk memperoleh & memahami sistem pengendalian audit laporan keuangan. Akuntan publik juga membuat asessmen risiko terkait perencanaan audit LK, untuk mendeteksi risiko kegagalan auditor mencapai sasaran audit, untuk menentukan metode pengujian yang tepat menuju sasaran audit, antara lain perencanaan sampling dan penggunaan teknik audit secara tepat. Auditor internal harus selalu bertanya “Hal-hal apa saja yang mungkin tidak berjalan sesuai rencana?”, mengidentifikasi potensi kesalahan, menengarai gejala ketidakwajaran segala sesuatu yang memberi tanda-tanda bahaya atau tanda-tanda risiko. Auditor internal melakukan asesmen risiko untuk meyakini bahwa sarana-pengendalian tertentu masih berfungsi efektif.
Analisis risiko digunakan untuk mengurangi risiko, makin kecil risiko maka makin besar kemungkinan meraih sasaran korporasi. Berbagai yurisdiksi hukum meminta setiap bank melakukan penilaian-risiko dan mengumumkan kondisi pengendalian internal kepada publik, auditor eksternal diwajibkan membuat atestasi tentang pernyataan bank tersebut & kondisi pengendalian internal bank, untuk melindungi deposito publik. Otoritas Pasar Modal AS (SEC) meminta semua emiten membuat Laporan Penilaian Risiko sejak 1979 untuk melindungi kepentingan investor. SAS 55 AICPA menyatakan bahwa auditor eksternal bertanggungjawab untuk memperoleh & memahami sistem pengendalian audit laporan keuangan. Akuntan publik juga membuat asessmen risiko terkait perencanaan audit LK, untuk mendeteksi risiko kegagalan auditor mencapai sasaran audit, untuk menentukan metode pengujian yang tepat menuju sasaran audit, antara lain perencanaan sampling dan penggunaan teknik audit secara tepat. Auditor internal harus selalu bertanya “Hal-hal apa saja yang mungkin tidak berjalan sesuai rencana?”, mengidentifikasi potensi kesalahan, menengarai gejala ketidakwajaran segala sesuatu yang memberi tanda-tanda bahaya atau tanda-tanda risiko. Auditor internal melakukan asesmen risiko untuk meyakini bahwa sarana-pengendalian tertentu masih berfungsi efektif.
PERENCANAAN ASESMEN RISIKO
Perencanaan audit internal harus
berbasis pengetahuan akan risiko kegagalan organisasi dalam mencapai tujuan.
Perencanaan strategis perusahaan mencakupi pertimbangan risiko kegagalan
organisasi. Manajemen risiko berpengaruh pada perencanaan audit. Auditor
melakukan evaluasi kendali internal sebagai sarana penghindaran risiko.
PERLUASAN AUDIT BERBASIS RISIKO
Pada awalnya, kegiatan audit dimulai
dengan observasi terhadap control (pengendalian), analisis pengendalian,
disusul kegiatan analisis risiko tiap jenis operasi korporasi tersebut dan
analisis keselarasan aktivitas dengan sasaran korporasi.
Perluasan Audit Berbasis Risiko
mencakupi kegiatan identifikasi, pengukuran dan analisis risiko, lalu memilih
aktivitas strategis terkait manajemen risiko sbb:
- Mengendalikan risiko, aktivitas pengurangan risiko, besar risiko, jumlah risiko atau frekuensi terjadinya risiko
- Menerima risiko dan/atau risiko residual (setelah segala upaya mitigasi risiko dilakukan)
- Menghindari risiko, merancang ulang proses bisnis yang tak berkonsekuensi risiko tertentu
- Pembagian risiko, pembelahan risiko, memikul risiko beramai-ramai (risk sharing) atau transfer risiko ke unit organisasi lain (bagian lain) atau pihak ketiga (di luar korporasi) yang lebih mampu mengelola-mengendalikan risiko tersebut
AUDIT INTERNAL DAN MANAJEMEN RISIKO
Tugas auditor internal antara lain adalah meng-audit risiko; melakukan evaluasi risiko, mengusulkan pendirian manajemen risiko sambil menjelaskan manfaat manajemen risiko, atau menyatakan dukungan atas program manajemen risiko. Auditor internal menerima instruksi & bagian peran audit internal dalam manajemen risiko dari Dewan Audit atau Komite Audit, agar secara independen auditor mengevaluasi manajemen risiko dan program memerangi risiko. Auditor internal pada umumnya bersikap abstain untuk manajemen risiko departemen auditor internal sendiri, kecuali diminta Dewan Audit untuk melakukan self-assessment.
Tugas auditor internal antara lain adalah meng-audit risiko; melakukan evaluasi risiko, mengusulkan pendirian manajemen risiko sambil menjelaskan manfaat manajemen risiko, atau menyatakan dukungan atas program manajemen risiko. Auditor internal menerima instruksi & bagian peran audit internal dalam manajemen risiko dari Dewan Audit atau Komite Audit, agar secara independen auditor mengevaluasi manajemen risiko dan program memerangi risiko. Auditor internal pada umumnya bersikap abstain untuk manajemen risiko departemen auditor internal sendiri, kecuali diminta Dewan Audit untuk melakukan self-assessment.
RISIKO AUDIT LAPORAN KEUANGAN
Persoalan auditor eksternal sebagai
berikut berlaku bagi auditor internal yang mengaudit Laporan Keuangan; bahwa
risiko auditor terbesar adalah tak mengetahui (gagal untuk mengetahui) hal-hal
yang seharusnya mengubah opini auditor terhadap Laporan Keuangan yang
mengandung salah-saji secara material. Auditor harus memertimbangkan sifat
& kualitas manajemen, sifat industri, sifat operasi, dan bentuk atau sifat
penugasan auditor eksternal.
Sebagai contoh, sifat dan kualitas
manajemen yang mengandung risiko audit adalah
- Keputusan manajemen ditangan satu orang, misalnya CEO merangkap PS utama
- Manajemen bersikap amat agresif terhadap pelaporan LK (laporan keuangan, misalnya perusahaan publik dan bank butuh opini WTP dari Audit Eksternal)
- Mutasi manajemen amat tinggi
- Manajemen amat berkepentingan utk mencapai proyeksi laba
- Reputasi buruk manajemen di mata publik
Sebagai contoh, sifat Industri dan
operasi yang mengandung risiko audit adalah
- Kemampulabaan entitas dibawah rerata kemampulabaan industri sejenis
- Laba tidak konsisten
- Kinerja amat dipengaruhi faktor eksternal
- Entitas berada dalam industri turun-daun
- Desentralisasi kekuasaan tidak dilengkapi penguatan pengendalian
- Entitas kelihatannya tidak akan going concern
Sebagai contoh, sifat penugasan
audit yang mengandung risiko audit laporan keuangan adalah
- Banyak perkecualian, banyak isu akuntansi
- Banyak transaksi atau saldo sulit di audit
- Banyak transaksi hubungan istimewa yang tidak lazim
- Sejarah salah saji, sejarah temuan audit jenis-kesalahan-berulang.
Untuk mengurangi risiko, auditor
wajib mendapatkan asersi LK berupa pernyataan (semacam pernyataan jaminan)
manajemen (management representation) tentang (1) eksistensi, (2)
kelengkapan, (3) hak dan kewajiban, (4) evaluasi dan alokasi, (5) penyajian dan
pengungkapan berbagai akun dan pos penting Laporan Keuangan.
Sebagai misal, risiko audit pada
tataran saldo akun catatan akuntansi, pos laporan keuangan dan kelompok
transaksi sejenis adalah
- Salah saji akun tersebut
- Salah saji akun tersebut dalam kaitan dengan akun lain (inherent risk atau control risk)
- Risiko bahwa auditor gagal menemukan salah buku dan atau salah saji yang ada (detection risk).
Pada standar auditing,
pertimbangan auditor dalam evaluasi risiko saldo akun dan jenis transaksi,
misalnya adalah
- Dampak risiko-teridentifikasi pada laporan keuangan.
- Kerumitan isu akuntansi
- Frekuensi transaksi sulit-diaudit.
- Temuan salah-saji pada audit terdahulu.
- Kemungkinan salah apropriasi aset.
- Kualitas SDM proses-data.
- Unsur pertimbangan dalam penetapan saldo akun.
- Besar suatu pos dalam neraca.
- Kerumitan kalkulasi tertentu.
RISIKO INHEREN
Risiko salah saji laporan keuangan terkait risiko bawaan karena jenis bisnis, jenis industri, jenis operasi khas industri tersebut dan risiko salah saji karena pengendalian internal lemah atau tidak ada.
Risiko salah saji laporan keuangan terkait risiko bawaan karena jenis bisnis, jenis industri, jenis operasi khas industri tersebut dan risiko salah saji karena pengendalian internal lemah atau tidak ada.
Sebagai contoh:
- Valuasi piutang dagang, asersi keberadaan piutang dagang oleh manajemen, terkait kecemasan auditor tentang going concern.
- Kalkulasi beban pensiun, metode penyusutan aset tetap dan kalkulasi beban penyusutan aset tetap
- Kas lebih rentan pencurian dibanding persediaan.
- Perubahan teknologi menyebabkan aset tetap padat teknologi harus di hapus-buku lebih cepat lantaran ketinggaalan teknologi.
- Lapping banyak terjadi pada industri perbankan, dana pensiun, asuransi. KKN pada akun tabungan berjangka lebih banyak terjadi pada demand deposit.
- Berbagai perusahaan memilih tak menggunakan pedoman sistem & prosedur (tertulis & kaku) untuk meningkatkan kreativitas dan layanan pelanggan.
- Moral, standar etika, misalnya uang tip boleh diterima, itu rezeki anda, merupakan risiko budaya.
RISIKO PENGENDALIAN
Risiko peengendalian mencakupi risiko salah saji laporan keuangan tak tercegah atau tak tertemukan pada bingkai waktu tertentu oleh struktur pengendalian internal, kebijakan atau prosedur. Berbagai control risk selalu ada karena keterbatasan inheren dari struktur pengendalian internal. Bila kebijakan dan prosedur tak berjalan efektif, maka auditor melakukan penilaian control risk sebanyak mungkin, dengan catatan bahwa biaya pengendalian risiko harus lebih kecil dari manfaat pengendalian risiko. Pada umumnya, pengendalian inheren tak mampu membuat risiko menjadi 0%, diperangi atau dikurangi dengan strategi-sistem-prosedur terkait control risk. Control risk dirancang utk menekan risiko-residual tersebut sedapat-dapatnya, lalu sisa risiko selanjutnya menjadi tugas strategi deteksi, sistem-prosedur deteksi penyimpangan, KKN dan salah saji material.
Risiko peengendalian mencakupi risiko salah saji laporan keuangan tak tercegah atau tak tertemukan pada bingkai waktu tertentu oleh struktur pengendalian internal, kebijakan atau prosedur. Berbagai control risk selalu ada karena keterbatasan inheren dari struktur pengendalian internal. Bila kebijakan dan prosedur tak berjalan efektif, maka auditor melakukan penilaian control risk sebanyak mungkin, dengan catatan bahwa biaya pengendalian risiko harus lebih kecil dari manfaat pengendalian risiko. Pada umumnya, pengendalian inheren tak mampu membuat risiko menjadi 0%, diperangi atau dikurangi dengan strategi-sistem-prosedur terkait control risk. Control risk dirancang utk menekan risiko-residual tersebut sedapat-dapatnya, lalu sisa risiko selanjutnya menjadi tugas strategi deteksi, sistem-prosedur deteksi penyimpangan, KKN dan salah saji material.
RISIKO DETEKSI
Risiko deteksi berbentuk risiko auditor tak mampu mendeteksi salah-saji-material yang sebetulnya ada.
Risiko deteksi muncul karena
Risiko deteksi berbentuk risiko auditor tak mampu mendeteksi salah-saji-material yang sebetulnya ada.
Risiko deteksi muncul karena
- Auditor tak memeriksa 100% saldo akun-akun.
- Ketidakpastian, kesalahan merancang prosedur audit, salah terap prosedur audit, salah tafsir terhadap hasil audit.
HUBUNGAN ANTAR RISIKO
Hubungan risiko terformula standar audit adalah bahwa audit risk = inherent risk X control risk X detection risk, dimana Detection Risk = Audit Risk/(Inherent Risk X Control Risk), dan Inherent risk dan control risk terjadi di luar kekuasaan auditor.
Hubungan risiko terformula standar audit adalah bahwa audit risk = inherent risk X control risk X detection risk, dimana Detection Risk = Audit Risk/(Inherent Risk X Control Risk), dan Inherent risk dan control risk terjadi di luar kekuasaan auditor.
Auditor hanya dapat mengurangi
detection risk, makin besar inherent risk dan control risk, makin
besar bukti audit (audit sampling, observasi dll) harus dikumpulkan. Sebagai
catatan pemakalah, program audit untuk deteksi salah saji material mirip dengan
fraud auditing, prosedur dirancang berbasis kecurigaan salah saji,
jumlah sample diperbanyak (sampai 100% atau full audit) pada wilayah kecurigaan
tersebut.
Inherent risk terkait pada
- Jenis bisnis, jenis industri
- Jenis aktivitas, rantai nilai
- Gaya manajemen
- Iklim / atmosfer manajemen
Sebagai misal, bagi BPKP sebagai
internal auditor NKRI :
- Dua Pemda pada dasarnya mempunyai inherent risk serupa, karena keduanya adalah daerah otonom sederajat.
- Inherent risk menjadi berbeda karena : Pemda A mempunyai Kepala Pemda yang kuat, bersih dan professional, mempunyai DPRD yang lemah, rakyat yang antusias memberi kritik dan membantu Pemda. Pemda B mempunyai Kepala Pemda yang lemah, DPRD yang kuat, dan rakyat yang apatis.
RISK INVENTORY
Daftar risiko paripurna diperoleh dari konsolidasi pengorganisasian manajemen risiko sebagai kerangka dasar risiko bagi seluruh korporasi.
Daftar risiko paripurna diperoleh dari konsolidasi pengorganisasian manajemen risiko sebagai kerangka dasar risiko bagi seluruh korporasi.
Sebagai contoh, external risk
inventory mencakupi antara lain
- Risiko lingkungan
- Kemungkinan bencana alam
- Pasar uang
- Rating
Sebagai contoh, internal risk
inventory antara lain adalah
- SDM
- Integritas
- IT
- Akuntansi dan pelaporan
- Keuangan
Auditor wajib membuat top minds of
risks melalui rating risiko, pembuatan daftar risiko terbesar, ancaman
terbesar yang harus dipertimbangkan pada penyusunan rencana strategis, diikuti
pemutahiran risk inventory secara berkala. Auditor wajib membuat daftar
pemicu risiko menjadi kenyataan-bencana. Direksi korporasi wajib memberi
fasilitas diskusi risiko bisnis, membangun infrastruktur pemantau risiko
bisnis, membangun sistem identifikasi jenis baru risiko. Auditor internal harus
bersikap proaktif terhadap risiko, jangan mengandalkan deteksi risiko telah
(terlanjur) menjadi kenyataan, menjamin bahwa jumlah SDM pakar risiko harus
seimbang dengan besar & kerumitan korporasi.
PERTANYAAN DASAR AUDITOR TENTANG
RISIKO
- Apa temuan audit terdahulu?
- Berapa lama audit terdahulu terakhir dilakukan?
- Berapa sering audit terdahulu dilakukan?
- Perubahan mendasar apa saja yang terjadi pada sistem tata cara kerja?
- Perubahan mendasar apa saja terjadi pada manajemen SDM dan kualitas SDM korporasi?
- Perubahan mendasar produk/jasa utama yang mengubah risiko korporasi?
- Bagaimana perbandingan nilai rupiah biaya & sarana pengendalian internal dengan nilai rupiah aset yang dikendalikan?
- Berapa besar volume transaksi, frekuensi transaksi utama?
- Berapa likuid dan/atau luwes (fleksibel) seluruh aset korporasi?
- Bagaimana kesehatan pemisahan pekerjaan, tugas, dan tanggungjawab departemental dan individu?
- Berapa besar pengaruh manajemen informasi terhadap sukses kegagalan korporasi?
- Berapa besar tekanan pencapaian target penjualan, laba, dividen dan kewajiban pertumbuhan semua itu?
- Bagaimana ketat-longgar peraturan per UU berdampak pada korporasi?
- Berapa sering terjadi kasus pelanggaran etika?
- Berapa tinggi tingkat pengetahuan, keterampilan, pengalaman untuk setiap tugas strategis dalam korporasi, yang menyulitkan manajemen SDM?
- Siapa saja bertugas sebagai wakil perusahaan menghadapi pelanggan, pemasok, pemerintah & pengawas perusahaan?
- Berapa rumit dan canggih kegiatan operasional perusahaan?
- Berapa besar pengaruh LK Auditan terhadap sentimen harga saham, citra perusahaan dan pemangku kepentingan kepada perusahaan.
2.7 regulasi
audit
Uji
kepatutan (compliance test) dilakukan dengan menguji kepatutan Prooses TI
dengan melihat kepatutan proses yang berlangsung terhadap standard dan regulasi yang berlaku. Kepatutan tersebut
dapat diketahui dari hasil pengumpulan bukti. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam uji tersebut antara lain akan dipaparkan sebagaimana berikut :
1)
Tahapan Pengidentifikasian
Objek
yang Diaudit Tujuan dari langkah ini agar pengaudit mengenal lebih jauh terkait
dengan hal-hal yang harus dipenuhi dalam objektif kontrol yang membawa kepada
penugasan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab. Aktivitas yang berlangsung
juga termasuk pengidentifikasian perihal pengelolaan aktivitas yang didukung TI
memenuhi objektif kontrol terkait.
2)
Tahapan Evaluasi audit Tujuan dari
tahapan ini adalah untuk mendapatkan prosedur tertulis dan memperkirakan jika
prosedur yang ada telah menghasilkan struktur kontrol yang efektif. Uji
kepatutan yang dilakukan pada tahapan ini yaitu mengevaluasi pemisahan tanggung
jawab yang terkait dengan pengelolaan SI/TI. Dari hasil evaluasi ditemukan
terdapat pemisahan terhadap tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh
masing-masing pihak yang bersangkutan.
0 komentar:
Posting Komentar